Selasa, 10 Oktober 2017

STOP HOAX, SAVE THE TRUTH

STOP HOAX, SAVE THE TRUTH
ANTI HOAX SANG PENDIDIK
Oleh : Widya Sulistia, S.Pd

              Sebagai pembaca tentu kita selalu menikmati bacaan-bacaan baik di media elektronik maupun media cetak. Tidak jarang pula kita mendapati berita-berita yang membuat kita bertanya-tanya apakah berita ini sudah benar atau hoax. Pemberitaan palsu atau lebih sering disebut hoax merupakan informasi yang tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar. Berita-berita hoax mendadak muncul dan viral di media sosial. Berita-berita hoax pun sangat mengganggu dan meresahkan publik dengan informasi yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.
                Namun sebenarnya kita bisa mengidentifikasi apakah berita itu hoax atau fakta. Berikut cara atau identifikasi berita hoax. Pertama, Hoax biasanya menggunakan kata-kata yang provokatif sehingga menggugah pembaca untuk membaca, mempercayai dan ikut menyebarkan. Kedua, Berita hoax juga menggunakan kata yang sensasional menggugah emosi dan perasaan pembaca secara berlebihan. Yang ketiga berita hoax biasanya menggunakan judul yang sama pada setiap artikel dan disertai komentar yang memantapkan. Penulis berita hoax juga tidak ragu untuk menyebutkan lembaga tertentu yang seolah sebagai penguat berita tersebut. Padahal tidak.
Hoax tentusaja memberikan pengaruh-pengaruh negatif dalam kehidupan bermasyarakat. Antara lain :
1. Hoax menyebabkan fitnah
Berita yang tidak ada kebenarannya dapat menimbulkan fitnah pada topik yang diberitakan tersebut. Tentu saja sangat menggagu. Penyebaran hoax seakan penyebaran fitnah yang bisa meluas ke seluruh lapisan masyarakat.
2. Memicu keraguan pada produk atau topik yang diberitakan
Masyarakat yang membaca berita hoax akan timbul perasaan tidak percaya pada topik atau produk yang dibahas dalam berita hoax. Ketidakpercayaan masyarakat menimbulkan kerugian produk atau instansi yang dihoaxkan. Hal ini sebaiknya segera disikapi dengan klarifikasi langsung dari pihak yang diberitakan hoax. Sehingga keraguan masyarakat tidak berlebihan.
3. Hoax membodohkan
Berita hoax yang diakses secara langsung atau dipraktikkan oleh pembaca sangat membodohkan. Pembaca sebenarnya dibodohi dengan kabar hoax bahaya suatu makanan sampai pembaca tidak mau memakan makanan itu padahal nyatanya tidak apa-apa. Yang lebih berbahaya lagi. Berita hoax mengenai obat tertentu bisa menyembuhkan nyatanya tidak. Hal itu sangat merugikan masyarakat sebagi pembaca. Pembodohan juga dapat terjadi pada siswa yang membaca berita hoax mengenai materi pelajaran atau informaai politik. Berita hoax tersebut dapat menggiring opini ke dalam pembodohan publik.
Masyarakat sebaiknya waspada dan memilah berita dengan tepat. Bagi masyarakat antisipasi mengecek kebenaran berita sangat diperlukan. Masyarakat harus jeli dan segera mencari kebenaran terhadap berita hoax tersebut. Apalagi masyarakat yang juga berperan sebagai orang tua. Orang tua merupakan cermin untuk anak-anaknya. Jika orang tua percaya pada hoax sudah tentu anak-anak juga akan mempercayainya. Karena itu sebagai orang tua tidak boleh langsung percaya pada berita-berita yang tersebar di dunia maya. Menelaah sumber dan mencari informasi lain bisa menjadi alternatif supaya kita tidak terpengaruh berita hoax.
Di dunia pendidikan, siswa yang aktif di dunia sosial media dan masih labil dapat menjadi korban utama berita hoax. Mereka biasa menerima dan membaca berita dari media sosial yang tentu saja belum terjamin kebenarannya. Karena itu perlu bimbingan dan pantauan dari orang tua maupun guru supaya siswa tidak mudah terpengaruh atau sampai ikut menyebarkan berita hoax. Setiap menerima berita dari media sosial siswa biasanya langsung percaya dan bahkan cenderung membagikannya kepada teman-temannya. Mereka belum tahu bahwa penyebaran berita hoax tentu dapat menjerat mereka dalam pelanggaran Undang-Undang ITE. Memberi pengertian kepada siswa dan remaja pada umumnya menjadi cara paling sederhana sehingga mereka tidak lagi mudah menyebarkan berita yang mereka baca di media sosial. Adapapun cara mengedukasi siswa secara khusus dapat dipaparkan antara lain :
1. Siswa diberi penjelasan bahwa jangan mudah percaya pada pemberitaan yang muncul di media sosial karena belum pasti kebenarannya.  Dengan penjelasan dari guru siswa akan lebih memilah mana berita yang sekiranya tidak mengandung hoax dan mana berita yang hoax.
2. Siswa diminta untuk tidak menerima mentah-mentah berita tersebut atau menyebarkan berita tersebut. Cara ini siswa dapat mengecek berita tersebut ke sumber berita lain misal di media televisi atau di media cetak. Dengan mendapat berita lain siswa bisa mengidentifikasi sendiri kebenaran berita yang diterimanya.
3. Siswa dapat berkonsultasi dulu pada guru atau orang tua untuk menanyakan kebenaran berita yang ada di sosial media tersebut. Dengan berkonsultasi guru dan orang tua juga bisa mengontrol berita apa saja yang diterima siswa.
            Di sini penulis juga pernah mendapat berita hoax mengenai vaksin dapat menyebabkan autisme.. Saat itu  banyak tulisan dari anti vaksin yang seolah melarang masyarakat untuk melakukan vaksin karena vaksin menyebabkan autis. Padahal pemerintah menghimbau semua anak-anak bahkan dewasa yang memerlukan vaksin untuk melaksanakan vaksin. Terutama imunisasi empat dasar bagi bayi usia 1 – 24 bulan. Dan juga vaksin MR untuk usia 9 – 15 tahun. Akan tetapi berita hoax itu menyebar dengan cepat menimbulkan ketakutan bagi pembaca dan masyarakat secara umum. Padahal kenyataannya vaksin sudah dilakukan dari zaman dahulu. Dan tidak terbukti vaksin menimbiulkan autisme. Jadi jangan langsung percaya pada suatu berita. Mungkin niat para pembuat hoax hanya mewujudkan kebingungan pada masyarakat.
                Pengalaman tersebut memberi pelajaran bahwa berita hoax sangat berbahaya namun sebenarnya mudah untuk menghentikan berita hoax tersebut. Yaitu dengan menghentikan penyebaran dan tidak ikut untuk menyebarkan. Dengan memotong mata rantai penyebaran berita hoax, maka berita itu akan terhenti dengan sendirinya. Berita hoax akan berhenti dengan sendirinya berhenti karena memang tidak ada bukti yang menguatkan berita hoax tersebut. Lebih-lebih apabila pihak yang diberitakan hoax memberikan konfirmasi secara resmi dan menyeluruh sehingga masyarakat lebih yakin dan percaya pada konfirmasi yang lebih meyakinkan.
                Sebagai pendidik kita sebaiknya selalu mengedukasi jangan sampai orang-orang di sekitar kita ikut percaya dan menyebarkan berita hoax. Pengarahan yang tepat kepada siswa maupun orang-orang di sekitar kita bahwa jangan mudah terpancing berita-berita yang sekiranya menyulut emosi maupun tips kesehatan yang belum juga tepat kebenarannya.
                Berita hoax sangat berbahaya. Tetapi kita dapat menghindari, menutup, atau bahkan menghapus berita tersebut supaya tidak menambah korban penyebaran berita hoax. Pastikan berita yang kita baca dari sumber yang terpercaya, akurat, dan bisa dibuktikan kebenarannya. Kita juga bisa memastikan dengan mencari berita dari sumber lain. Cara ini dapat memastikan bahwa tidak hanya satu media yang membicarakan berita tersebut tentunya dengan judul yang berbeda.
                Mari kita tingkatkan kewaspadaan kita terhadap berita hoax atau pemberitaan palsu mengenai hal apa saja. Pastikan terlebih dahulu kebenaran suatu berita yang kita baca sebelum menyebarkannya. Stop Hoax, Save The Truth.

#antihoax
#marimas
#pgrijateng

3 komentar:

  1. Kata anak sd , ibu kalau habis suntik katanya ga boleh minum es ya, ga boleh mandi
    Hahaha aku jawab itu hoax, betul ga itu?

    BalasHapus