STOP HOAX, SAVE THE TRUTH
ANTI HOAX SANG PENDIDIK
Oleh : Widya
Sulistia, S.Pd
Sebagai pembaca tentu kita
selalu menikmati bacaan-bacaan baik di media elektronik maupun media cetak.
Tidak jarang pula kita mendapati berita-berita yang membuat kita bertanya-tanya
apakah berita ini sudah benar atau hoax. Pemberitaan palsu atau lebih sering
disebut hoax merupakan informasi yang tidak benar tetapi dibuat seolah-olah
benar. Berita-berita hoax mendadak muncul dan viral di media sosial. Berita-berita
hoax pun sangat mengganggu dan meresahkan publik dengan informasi yang tidak
bisa dipastikan kebenarannya.
Namun sebenarnya kita bisa
mengidentifikasi apakah berita itu hoax atau fakta. Berikut cara atau
identifikasi berita hoax. Pertama, Hoax biasanya menggunakan kata-kata yang
provokatif sehingga menggugah pembaca untuk membaca, mempercayai dan ikut
menyebarkan. Kedua, Berita hoax juga menggunakan kata yang sensasional
menggugah emosi dan perasaan pembaca secara berlebihan. Yang ketiga berita hoax
biasanya menggunakan judul yang sama pada setiap artikel dan disertai komentar
yang memantapkan. Penulis berita hoax juga tidak ragu untuk menyebutkan lembaga
tertentu yang seolah sebagai penguat berita tersebut. Padahal tidak.
Hoax
tentusaja memberikan pengaruh-pengaruh negatif dalam kehidupan bermasyarakat.
Antara lain :
1. Hoax
menyebabkan fitnah
Berita yang tidak ada kebenarannya dapat menimbulkan
fitnah pada topik yang diberitakan tersebut. Tentu saja sangat menggagu.
Penyebaran hoax seakan penyebaran fitnah yang bisa meluas ke seluruh lapisan
masyarakat.
2. Memicu
keraguan pada produk atau topik yang diberitakan
Masyarakat yang membaca berita hoax akan timbul
perasaan tidak percaya pada topik atau produk yang dibahas dalam berita hoax.
Ketidakpercayaan masyarakat menimbulkan kerugian produk atau instansi yang
dihoaxkan. Hal ini sebaiknya segera disikapi dengan klarifikasi langsung dari
pihak yang diberitakan hoax. Sehingga keraguan masyarakat tidak berlebihan.
3. Hoax membodohkan
Berita hoax
yang diakses secara langsung atau dipraktikkan oleh pembaca sangat membodohkan.
Pembaca sebenarnya dibodohi dengan kabar hoax
bahaya suatu makanan sampai pembaca tidak mau memakan makanan itu padahal
nyatanya tidak apa-apa. Yang lebih berbahaya lagi. Berita hoax mengenai obat
tertentu bisa menyembuhkan nyatanya tidak. Hal itu sangat merugikan masyarakat
sebagi pembaca. Pembodohan juga dapat terjadi pada siswa yang membaca berita
hoax mengenai materi pelajaran atau informaai politik. Berita hoax tersebut dapat
menggiring opini ke dalam pembodohan publik.
Masyarakat
sebaiknya waspada dan memilah berita dengan tepat. Bagi masyarakat antisipasi
mengecek kebenaran berita sangat diperlukan. Masyarakat harus jeli dan segera
mencari kebenaran terhadap berita hoax tersebut. Apalagi masyarakat yang juga
berperan sebagai orang tua. Orang tua merupakan cermin untuk anak-anaknya. Jika
orang tua percaya pada hoax sudah tentu anak-anak juga akan mempercayainya.
Karena itu sebagai orang tua tidak boleh langsung percaya pada berita-berita
yang tersebar di dunia maya. Menelaah sumber dan mencari informasi lain bisa
menjadi alternatif supaya kita tidak terpengaruh berita hoax.
Di dunia pendidikan, siswa
yang aktif di dunia sosial media dan masih labil dapat menjadi korban utama
berita hoax. Mereka
biasa menerima dan membaca berita dari media sosial yang tentu saja belum
terjamin kebenarannya. Karena
itu perlu bimbingan dan pantauan dari orang tua maupun guru supaya siswa tidak
mudah terpengaruh atau sampai ikut menyebarkan berita hoax. Setiap menerima berita dari
media sosial siswa biasanya langsung percaya dan bahkan cenderung membagikannya
kepada teman-temannya. Mereka belum tahu bahwa penyebaran berita hoax tentu
dapat menjerat mereka dalam pelanggaran Undang-Undang ITE. Memberi pengertian
kepada siswa dan remaja pada umumnya menjadi cara paling sederhana sehingga
mereka tidak lagi mudah menyebarkan berita yang mereka baca di media sosial. Adapapun cara mengedukasi siswa secara khusus dapat dipaparkan antara lain :
1. Siswa diberi
penjelasan bahwa jangan mudah percaya pada pemberitaan yang muncul di media
sosial karena belum pasti kebenarannya. Dengan penjelasan
dari guru siswa akan lebih memilah mana berita yang sekiranya tidak mengandung
hoax dan mana berita yang hoax.
2. Siswa diminta
untuk tidak menerima mentah-mentah berita tersebut atau menyebarkan berita
tersebut. Cara
ini siswa dapat mengecek berita tersebut ke sumber berita lain misal di media
televisi atau di media cetak. Dengan mendapat berita lain siswa bisa mengidentifikasi
sendiri kebenaran berita yang diterimanya.
3. Siswa dapat
berkonsultasi dulu pada guru atau orang tua untuk menanyakan kebenaran berita
yang ada di sosial media tersebut. Dengan berkonsultasi guru dan orang tua juga bisa
mengontrol berita apa saja yang diterima siswa.
Di sini penulis juga pernah
mendapat berita hoax mengenai vaksin dapat menyebabkan autisme.. Saat itu banyak tulisan dari anti vaksin yang seolah
melarang masyarakat untuk melakukan vaksin karena vaksin menyebabkan autis. Padahal pemerintah menghimbau semua anak-anak bahkan dewasa
yang memerlukan vaksin untuk melaksanakan vaksin. Terutama imunisasi empat dasar bagi bayi usia 1 – 24 bulan. Dan juga
vaksin MR untuk usia 9 – 15 tahun. Akan tetapi berita hoax itu menyebar dengan
cepat menimbulkan ketakutan bagi pembaca dan masyarakat secara umum. Padahal
kenyataannya vaksin sudah dilakukan dari zaman dahulu. Dan tidak terbukti
vaksin menimbiulkan autisme. Jadi jangan langsung percaya pada suatu berita.
Mungkin niat para pembuat hoax hanya mewujudkan kebingungan pada masyarakat.
Pengalaman tersebut memberi
pelajaran bahwa berita hoax sangat
berbahaya namun sebenarnya mudah untuk menghentikan berita hoax tersebut. Yaitu dengan menghentikan penyebaran dan tidak ikut
untuk menyebarkan. Dengan memotong mata rantai penyebaran berita hoax, maka berita itu akan terhenti
dengan sendirinya. Berita hoax akan berhenti dengan sendirinya
berhenti karena memang
tidak ada bukti yang menguatkan berita hoax
tersebut.
Lebih-lebih apabila pihak yang diberitakan hoax
memberikan konfirmasi secara resmi dan menyeluruh sehingga masyarakat lebih
yakin dan percaya pada konfirmasi yang lebih meyakinkan.
Sebagai pendidik kita sebaiknya
selalu mengedukasi jangan sampai orang-orang di sekitar kita ikut percaya dan
menyebarkan berita hoax. Pengarahan yang tepat kepada siswa maupun orang-orang
di sekitar kita bahwa jangan mudah terpancing berita-berita yang sekiranya
menyulut emosi maupun tips kesehatan yang belum juga tepat kebenarannya.
Berita hoax sangat berbahaya. Tetapi kita dapat menghindari, menutup, atau
bahkan menghapus berita tersebut supaya tidak menambah korban penyebaran berita
hoax. Pastikan berita yang kita baca
dari sumber yang terpercaya, akurat, dan bisa dibuktikan kebenarannya. Kita
juga bisa memastikan dengan mencari berita dari sumber lain. Cara ini dapat
memastikan bahwa tidak hanya satu media yang membicarakan berita tersebut
tentunya dengan judul yang berbeda.
Mari kita tingkatkan
kewaspadaan kita terhadap berita hoax
atau pemberitaan palsu mengenai hal apa saja. Pastikan terlebih dahulu
kebenaran suatu berita yang kita baca sebelum menyebarkannya. Stop Hoax, Save The Truth.
#antihoax
#marimas
#pgrijateng